Pendampingan mengandung pengertian membantu proses penguatan kemandirian berdasarkan potensi yang dimiliki untuk mewujudkan perubahan sosial
Pendamping
adalah orang luar yang memiliki kepedulian untuk melakukan proses
pembelajaran masyarakat dalam konteks pemberdayaan, yang datang untuk
memfasilitasi (bukan menggurui), yang berada sejajar dengan masyarakat
(bukan di atas masyarakat), yang berperan menemani masyarakat dalam
melaksanakan setiap tahapan proses pemberdayaan.
Dengan
demikian pendampingan dapat diartikan sebagai suatu interaksi yang
terus-menerus antara pendamping dengan anggota kelompok/masyarakat
hingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh anggota
kelompok/masyarakat yang sadar diri. Pendampingan kelompok masyarakat
hendaknya dilihat sebagai penyatuan sumber daya yang ada di dalam dan
yang datang dari luar kelompok masyarakat.
Kata
diprakarsai oleh masyarakat sendiri, jelas menunjukkan adanya proses
inisiatif dan bentuk tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri,
tanpa adanya intervensi dari luar.
Dengan demikian tujuan utama dari pendampingan adalah adanya KEMANDIRIAN kelompok masyarakat.
Untuk
mencapai kemandirian dibutuhkan suatu kombinasi dan manajemen. Dengan
demikian sebenarnya ada3 elemen pokok dalam kemandirian, yaitu :
1) Kemandirian Material.Yaitu
kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan dasar dan mekanisme untuk
tetap dapat bertahan pada waktu krisis.Hal ini bisa diperoleh melalui
proses mobilisasi sumberdaya pribadi/keluarga dengan mekanisme menabung
dan penghapusan sumberdaya non produktif. Serta penegasan tuntutan atas
hak-hak ekonomis, seperti : surplis yang hilang karena penukaran yang
tidak imbang.
2) Kemandirian Intelektual.Yaitu
pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang memungkinkan
mereka menanggulangi bentuk-bentuk domonasi yang muncul. Dengan dasar
tersebut masyarakat akan dapat menganalisis hubungan sebab-akibat dari
suatu masalah yang muncul.
3) Kemandirian Pembinaan (= Pendampingan)Yaitu
kemampuan otonom masyarakat untuk membina diri mereka sendiri dalam
bentuk pengelolaan tindakan kolektif yang membawa pada perubahan
kehidupaan mereka. (Sebagai catatan : dalam proses pendampingan ada
intervensi pendamping dari luar, maka pada tahapan kemandirian
pendamping kelompok masyarakat berasal dari dalam).
Mengapa Kelompok Masyarakat Didampingi ?
Selama
ini merupakan hal yang biasa atau sah-sah saja bila suatu instansi
pemerintah, swasta atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat datang/masuk
di desa yang dikatakan miskin atau terpencil dan mengatakan bahwa mereka
mau membantu atau mendampingi masyarakat untuk membangun desanya.
Apakah kita pernah bertanya kepada diri kita sendiri, benarkah mereka
membutuhkan ? dan apakah mereka pernah minta didampingi ? Apakah kalau
tidak didampingi mereka tidak akan hidup atau berkembang ?.
Tetapi
bukankah selama ini masyarakat tidak pernah menolak didampingi ?
Mengapa mereka tidak pernah menolak ? Dan sejumlah pertanyaan reflektif
lain masih dapat dimunculkan. Untuk menjawab sejumlah pertanyaan di atas
bukanlah suatu hal yang sulit bila itu menurut pemikiran dan atas dasar
rasionalitas kita, tetapi dapatkah kita menjawab menurut cara berpikir
dan hati nurani mereka ?
Bila mau
jujur dan obyektif, sebagian besar dari kita bahkan tidak pernah
mempertanyakan hal-hal seperti tersebut di atas.Walaupun telah
menggunakan istilah pendampingan, tetapi bila datang ke desa, pada
umumnya kita telah membawa program atau proyek yang keputusan ada dan
tidak adanyaprogram/proyek itu tidak dilakukan oleh masyarakat, tetapi
oleh para pendamping. Sekali lagi masyarakat tidak pernah menolak adanya
program/proyek itu, walaupun hal itu tidak seperti yang mereka harapkan
atau butuhkan.
Dari gambaran
tersebut diatas sebenarnya “keluguan, kejujuran keterbukaan, sikap
menghargai, semangat kerjasama dsb” dari masyarakat terhadap orang luar,
bukanlah menunjukkan ketidak tahuan mereka tetapi lebih pada
keingintahuan mereka terhadap orang luar. Masyarakat memiliki
pengetahuan yang berakarkan pada pengalaman dan dalam proses mikro
sedangkan pendampingan memiliki pengetahuan yang bersifat intelektual
formal dan dalam proses makro. Dengan demikian bila keduanya
berinteraksi secara aktif akan membawa suatu perubahan yang dinamis.
Indikator keberhasilan pendampingan terletak pada sustainability
kegiatan, artinya apakah setelah selesai pendampingan, kegiatan masih
berjalan dengan baik yang berarti tercapai juga efektifitas fungsional
program
Tidak ada komentar:
Posting Komentar